Sunday, August 25, 2013

To Surakarta

Stasiun Tugu
 Setelah berberes di De Pendopo, kami pun check out dan pergi ke Stasiun tugu. Beruntung waktu itu sudah ada KA Sriwedari yang standby sehingga kami tinggal beli tiket dan menunggu di kursi kereta. Jam 12 siang kereta berangkat dan setelah sampai Solo kami turun di Stasiun Solo Balapan.

Stasiun Solo Balapan
Berbeda dengan Yogyakarta yang gw punya peta detilnya, gw masih lumayan buta dengan wilayah Surakarta. Jadi kita naik taksi saja dan langsung check in di Hotel Solo Tiara. Tarif hotelnya cukup ramah di kantong. Kamar, kasur, dan kamar mandinya lebih besar dari De Pendopo. Tapi secara desain dan suasana cukup standard dan disini pakenya shower.

Setelah santai sejenak di hotel, kami memutuskan menghabiskan hari untuk keliling-keliling kota Solo dan mengenal medan. Entah apa karena gw sehari-hari di Jakarta, atau karena hari hari ini hari Minggu, kesan pertama yang gw tangkap adalah Solo itu sepiii banget. Oo; jalanan lancar minah, bus yang lewat amat sangat jarang, toko-toko sudah pada tutup atau mungkin belum pada buka. Hal lain yang menarik dari kota ini adalah trotoarnya yang sungguh luas dan ditanami pohon-pohon rindang. Kadang ada becak, motor, sepeda yang bersliweran, atau pkl makanan berjualan, tapi cukup nyaman dan menyenangkan berjalan kaki di kota ini. :)

Ini trotoar di Jalan Slamet Riyadi
Sewaktu ada bus kota muncul kami langsung naik dan secara random gw minta turun di Triwindu. Disana kami sejenak melihat-lihat pasar antiknya dari luar. Kayaknya banyak barang-barang lucu, tapi gw ngga berani masuk demi menyelamatkan dompet.

Karena perut ade gw sudah keroncongan, kami bergegas berjalan kaki mencari makan. Dari Pasar Triwindu belok ke kanan (dekat Pura Mangkunegaran) kami ketemu restoran yang desainnya lucu dan antik. Namanya Tiga Tjeret. Gw nyobain Wedang 3 Tjeret nya, sementara ade gw memesan rootbeer khas restoran tersebut (lupa namanya, tapi warnanya ungu), nasi ayam kremes, dan beberapa gorengan. Semua minuman dan makanannya enak-enak. Baik lidah dan perut kami sejenak dipuaskan disana.

Hanya ada kejadian tidak enak ketika sewaktu kami makan mendadak ada maling helm diteriakin orang-orang. Entah ketangkep atau tidak, tapi hal itu langsung membuat kami lebih waspada dengan barang bawaan masing-masing.

Pasar Triwindu

Tiga Tjeret
Setelah puas dan kenyang, kami kembali berjalan-jalan, sampai ke Jalan Sudirman, lalu belok kanan ke alun-alun lor, melewati Pasar Klewer, kemudian muter balik lagi menuju Galabo. Karena pedagang di Galabo belum ada yang buka, kami bersantai sejenak di pusat perbelanjaan Luwes Lojiwetan, beli roti buat bekal besok, lalu duduk-duduk menunggu hari gelap.

Semakin larut malam sepertinya para penduduk solo mulai menampakkan diri sambil menampakkan nafsu makannya. Tempat-tempat makan yang tadinya sepi jadi ramai dipenuhi pengunjung.

Jam 6 sore kami kembali ke Galabo dan mencari sate buntel yang tersohor. Sate Buntel ternyata lumayan mahal. Harganya Rp25ribu hanya dapat 2 tusuk sate dan sepiring nasi. Tapi rasanya memang enak banget. Kata ade gw sate buntel mirip daging sapi giling dibungkus ala sosis lalu dibakar. Bumbu kecap dan ladanya menambah citarasa dagingnya yang sudah lezat. :d

Pulang dari Galabo kami kembali ke restoran Tiga Tjeret karena roti bakarnya hanya ada malam-malam dan ade gw penasaran. Di malam hari tempat ini juga jadi rame banget. Selain roti bakar es krim. Ade gw juga memesan beberapa tusuk sate random dan minuman wedang. Setelah itu kami pun berjalan kaki kembali ke hotel dan beristirahat mempersiapkan diri karena besok mau ngacir ke wilayah Karanganyar.

No comments: