Monday, November 11, 2013

Pyongyang Restaurant

Gw relatif sering melewati kawasan Gandaria dan sekilas-sekilas melihat Restoran Pyongyang. Ada beberapa hal yang terlintas di benak. Pertama, selain orang Korea asli, siapa yang makan makanan Korea? Harap dimaklumi, waktu dulu jangankan restoran Korea, restoran Jepang saja belum banyak peminatnya. Orang-orang masih pada takut makan ikan mentah. =d Kedua, Siapa yang berani makan di restoran Korea Utara? Pertanyaan ini baru terpikir setelah gw mulai ngeh dengan beda Korea Utara dan Korea Selatan yang sangat kontras.Ketiga, restoran ini ngga pernah direnovasi atau diperbaharui penampilannya supaya lebih menarik.  Tapi setiap gw lewat selalu ada saja 2-3 mobil yang parkir, tanda kalau tempat ini tetap buka. Atau minimal yang punya restoran selalu datang kesitu.

Setelah gw pindah ngekos di daerah Binus, gw melupakan keberadaannya. Sampai kemudian muncul artikel dari Jakarta Globe tentang tempat ini dan membuat gw agak terkejut karena ini restoran ternyata masih hidup.
http://www.thejakartaglobe.com/archive/north-koreas-hidden-menu/

Yang lebih mengejutkan, menurut artikel-artikel review yang gw baca, pelayan-pelayan di tempat ini semuanya asli dari Korea Utara. Lalu setiap weekend sore, selalu ada pertunjukan nyanyian dari para pelayan yang semuanya menggunakan baju hanbok. Spontan gw pun makin penasaran. Bersama beberapa teman, akhirnya Sabtu kemarin kita pun mencicipi makanan di restoran Pyongyang.

Gw datang jam 6 sore dan menjadi tamu pertama pada sore itu. Waktu gw datang, suasananya sungguh sunyi. Para pelayannya tidak terlalu fasih berbahasa Indonesia sehingga komunikasinya juga rada susah. Tak lama setelah kita duduk, dituangkan teh, dan dikasih menu, mereka menyetel musik jadul Korea dan Mandarin biar ngga sepi banget.

Kesan gw tentang isi restorannya, sungguh nostalgia 80-90an. Kayak restoran-restoran Chinese Food lama jaman gw kecil, atau restoran yang berada pada jaman keemasannya waktu Bokap Nyokap gw masih muda. Para pelayannya benar-benar pake hanbok semua (kecuali 1 ibu yang sepertinya adalah empunya restoran). Gerak-gerik mereka mengigatkan gw sama dayang-dayang istana di film Dae Jang Geum / Jewel in the Palace. Selain gw, datang juga beberapa tamu lain. Diantaranya ada yang sepertinya orang Korea, ada juga yang orang Jepang.

Sekitar setengah jam kemudian, teman-teman gw yang lain pun sampai dan kita memesan beberapa menu. Diantaranya, babi panggang kecap, sup pangsit, dan beberapa mie dingin. Terakhir teman gw pesan semacam babi dan cumi yang dimasak dengan saus merah yang biasanya digunakan untuk masakan Topokki. Well, itu penjelasan teman gw. Gw sendiri nga pernah makan Topokki. Sebagaimana restoran khas Korea, kita juga dikasih beberapa appetizer yang bisa dibilang gratis serta teh dingin. Gw kurang tahu apa nama Korea untuk teh nya, gw sendiri menyebutnya sebagai Mugicha karena rasa dan baunya mirip juwawut.

Yang jadi bintang di tempat ini gw rasa adalah masakan babi nya. Semuanya enak, empuk, dan dibumbui dengan baik. Gw ngga makan cumi-cuminya, tapi sepertinya juga enak kalau melihat bagaimana teman-teman gw menghabiskannya. Sop pangsitnya juga cukup oke. Di dalam pangsit ada semacam kimchi sehingga sedikit pedas. Gw suka mie dinginnya. Tekstur mie nya menarik dan kuahnya dingin segar. Tapi buat sebagian orang mungkin rasanya agak hambar. Mie nya juga mudah sekali bikin kenyang dan buat sebagian orang mungkin kurang cocok dengan tekstur maupun kuah dinginnya.

Perlu diketahui gw ngga bisa makan pedas. Ayam KFC crispy aja bisa bikin gw stress kepedesan. Jadi apa yang gw bilang pedes mungkin ngga berasa apa-apa buat yang biasa makan cabe. Karena keterbatasan lidah gw pula ngga semua appetizer sanggup gw makan. Yang gw doyan antara lain wakame yang kayaknya sedikit dimasak pake minyak, singkong koreng tepung, dan semacam cah sayuran yang sekilas mirip pocai. Temen gw doyan sup merah pedas manis yg katanya kayak manisan Bogor. Seorang lagi doyan dengan kentang pedas dan kimchi nya. Yah tapi pokoknya semua makanan habis, jadi kita cukup menikmati hidangan yang ada. ^^

Setelah sekian lama makan, gw mulai berpikir sore itu tidak ada acara musik yang disebut di artikel review. Tapi ternyata gw salah. Sekitar jam 8-9 malam, para pelayan mempersiapkan diri di panggung yang tersedia dan mulai menyanyi diiringi video karaoke. Ada yang main drum dan keyboard juga. Lagu pertama adalah lagu kebanggaan mereka untuk para turis dan sering gw dengar di video-video tentang Korea Utara, Pangapsumnida.~ Lagunya lumayan brainwashing di otak gw.


Setelah lagu tersebut selesai, mereka lanjut menyanyikan beberapa lagu Korea dan Mandarin. Kadang ada yang menari dengan kipas. Begitu sampai sekitar hampir jam 10 mereka selesai menyanyikan semua lagu dan mengucapkan terima kasih. Kami pun makan semangka pencuci mulut, membayar makanan, dan kembali pulang, menyelesaikan petualangan kecil kami di restoran yang ngga biasa ini.

Gw datang ke tempat ini bersama ade gw dengan motor. Sewaktu pulang, mulanya gw agak heran kenapa tukang parkirnya tidak terlalu atentif sebagaimana tukang parkir pada umumnya. Tapi karena kita cukup lama di restoran tersebut, gw tetap kasih Rp2000,- untuk biaya parkir. Tukang parkirnya agak mengejutkan gw karena waktu terima uangnya dia membungkuk kasih hormat dan waktu gw perhatikan, ternyata dia juga orang Korea. Pantas dia rada diam-diam saja waktu kita parkir. Gw ngga nyangka tadinya dia orang Korea karena warna kulitnya agak legam. Maaf bukannya bermaksud rasis, tapi yah ekspektasi gw terhadap yg namanya orang Korea kan...  Ah well, maap klo ternyata saya rada rasis. : |

Kesan-kesan gw makan di Pyongyang Restaurant, gw cukup merasakan bagaimana para pelayannya berusaha memberikan service terbaik mereka. Melalui pertunjukan sore mereka juga mencoba ngasih lihat sedikit budaya Korea Utara. Kekurangannya paling karena mereka ngga terlalu bisa bahasa Indonesia dan gw sendiri ngga bisa bahasa Korea aja.

Gambar-gambar di menu sangat membantu kita waktu pesan makanan, jadi tinggal tunjuk aja mau yang mana. Restoran ini sangat recomendable buat mereka yang ingin menikmati nostalgia suasana rumah makan tahun 80-90an, dan juga untuk yang penasaran pengen lihat cewe-cewe Korea Utara dengan hanboknya. Gw sendiri masih penasaran dengan menu bebek dan sapi bulgogi nya. Klo ada yang ngajakin lagi sih gw oke-oke aja untuk kembali makan disana.~ :)

Pyong yang Restaurant
Jl. Gandaria 1 No 58, Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Phone : 021 - 72800889