Showing posts with label politic. Show all posts
Showing posts with label politic. Show all posts
Sunday, July 20, 2014
Cemas cemas cemas... (2014 Presidential Election)
Pemilihan Presiden kali ini rasanya pemilihan paling panas, paling seru, paling berwarna, paling bikin geregetan, sekaligus paling serem yang pernah gw alami dalam hampir 30 tahun hidup gw di dunia. Gw ngga nyangka bakal segininya untuk pemilu kali ini. Semua kepentingan terlibat dari yang paling atas sampai paling bawah. Peran masyarakat pun semakin aktif dan perang sosmed makin menggila. Buat yang ngga suka ngikutin berita-berita politik gw rasa bulan Juni-Juli ini sangat memuakkan buat mereka.
Eskalasi panas semakin memuncak mendekati tanggal 9 Juli 2014. Fitnah semakin macam-macam dan emosi makin mudah tersulut. Banyak yang berantem atau putus hubungan katanya karena beda pilihan capres. Bokap gw dan beberapa teman kantor gw pemilih Prabowo, dan bos gw juga lebih suka sama Prabowo. Tapi untungnya itu ngga membuat gw putus hubungan jadi anak atau dipecat. Kita masih bisa ngobrol dan berdebat dengan sehat mengemukakan argumen masing-masing. Tapi tentu ada momen awkward juga, dan gw sangat berharap setelah 9 Juli 2014 sudah ada pemenang dan kita semua bisa move on siapapun presidennya.
Tapi gw salah...
Kegembiraan gw ketika Jokowi diumumkan menang QuickCount hanya sebentar dan beralih menjadi keresahan ketika Prabowo pun berkata mereka menang dengan menggunakan hasil QuickCount mereka. Mereka dengan TVone nya mengadakan acara seolah-olah mereka pemenang sesungguhnya dan terzolimi kubu sebelah, menuduh QC lawan itu sudah dipesan padahal lembaga-lembaga quickcount yang memenangkan mereka malah tidak mau diaudit. RRI bahkana sampai dipanggil DPR dan dituduh memihak karena hasil QuickCountnya memenangkan Jokowi. Kubu 01 memaksa untuk tidak mempercayai hasil QC dan menunggu hasil RealCount KPU tanggal 22 nanti.
Belum lagi wawancara sang capres di BBC dan statement-statementnya yang semakin membuat gw ngga bisa respek. Tanggal 22 Juli 2014, ketika pengumuman pemenang Presiden, menjadi sesuatu yang lebih mencekam daripada tanggal 9 Juli 2014 sebelumnya, atau bahkan tanggal 21 Desember 2012 yang dulu tersohor dibilang mao kiamat. :V
Semakin dekat tanggal 22, hasil penghitungan pun semakin terlihat. Ditambah dengan sistemasi KPU yang lebih transparan dari sebelumnya sehingga masyarakat ikut terlibat mengawasi bila ada kesalahan-kesalahan dan bisa segera diperbaiki. Dan hasil RealCount pun memenangkan Jokowi dengan kisaran yang tidak jauh beda dengan hasil QuickCount mayoritas lembaga survey. Kali ini kubu 01 yang meminta pengumuman ditunda, meminta pemilihan ulang, ikutan berkata ada yang curang kalau mereka kalah dan mengancam menurunkan massa bila KPU tidak "jujur". Statement siap kalah siap menang itu cuma jadi statement kosong kalo ngga dibarengin ama sikap nyata, Pak.
Dan sekarang, gw menunggu 2 hari lagi akan seperti apa pengumuman Presiden terpilih dari KPU dan berharap dengan sangat kalau semuanaya akan berjalan dengan damai dan diselesaikan dengan baik. Supaya bangsa ini bisa segera kembali menata, memperbaiki diri, dan melangkah ke depan. Jokowi sendiri sudah menginstruksikan supaya tidak boleh ada pengerahan massa, tidak ada penggunaan atribut, dan meminta semua relawan maupun pendukungnya agar jangan ada yang turun ke jalan apalagi euforia merayakan dengan aneh-aneh.
Tapi yah... mungkin tanggal 22 pun belum selesai. Kemungkinan besar pihak yang kalah masih akan menuntut ke MK. Dan rakyat masih harus menanti bagaimana keputusan MK...
Dan gw juga dibikin makin pundung dengan berita perang di jalur Gaza dan pesawat Malaysia Airlines yang ditembak di perbatasan Rusia-Ukraina...
Cemas cemas cemas....
Tuesday, June 24, 2014
Copras Capres~
Salah seorang rekan kantor bertanya kepada gw, "Masih bingung nih nanti pemilu pilih siapa. Bisa ngeyakinin gw ngga? Enaknya pilih yang mana?"
Rasanya belum terlalu lama semenjak terakhir gw merasakan euforia politik sewaktu Pilkada DKI yang dimenangi tim kotak-kotak. Gw harus bilang itu bener-bener contoh kampanye terbaik yang pernah ada di Indonesia. Tahu-tahu sekarang Indonesia lagi panas-panasnya sama urusan pemilu presiden.
Entah apa karena di era ini peran media sosial diberdayagunakan
banget sehingga segala macam informasi dan teori konspirasi (yang entah
benar atau tidaknya hanya langit yang tahu) berseliweran kesana kemari
dan butuh effort lebih untuk dicerna. Tapi ngga cuma di medsos, pembicaraan panas pun jadi sering bermunculan di lingkungan kantor atau rumah. Ada yang jengah dengan massive nya pembicaraan politik dimana-mana dan memilih apatis. Ada yang kepengen milih tapi jadinya bingung sendiri. Ada juga yang heboh mendukung salah satu capres dengan berbagai macam cara.
Gw pendukung capres nomor 2 tapi gw bukan tipe yang mencoba maksa-maksain opini kecuali ada yang secara prinsip mengganggu logika gw. Hashtag yang gw pasang cuma #Bejo, ngga ikut-ikutan pake avatar angka 2 (lebih karena males gantinya, ya sudahlah).
Jadi begini jawaban gw ke temen kantor, "Pilih berdasarkan kepentingan pribadi elu aja, jadi dikira-kira maunya elu lebih cocok sama capres yang mana. Toh semua orang pada akhirnya memilih berdasarkan kepentingan dan keinginan mereka masing-masing."
Yep! Gw percaya seidealis dan seindah apapun orang mendukung capres jagoannya, sekejam dan sekotor apapun orang menghina capres lawan, ujung-ujungnya mereka memilih karena kepentingan, keinginan, atau harapan pribadi mereka diakomodir salah satu capres. Bahkan hal-hal besar kayak kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik buat gw ya termasuk keinginan pribadi. Kalau negara ini berjalan sesuai apa yang elu mau tentu hidup elu berasa lebih nyaman kan? Balik-baliknya ya ke diri sendiri juga.
Jadi gw memilih Jokowi karena kepentingan pribadi? Ya iya, semua orang begitu kok, cuma mungkin ngga nyadar atau in denial aja. Apa alasan gw memilih Jokowi? Pertama adalah karena gw lebih condong dengan visi misi Jokowi daripada Prabowo. Kedua karena gw bagian dari industri kreatif dan gw merasa Jokowi lebih memperhatikan soal ini dibanding Prabowo. Ketiga karena hasil kerjanya lebih gw rasain. Jakarta masih jauh dari sempurna (masih macet dan banjir euy), tapi gw bisa melihat sudah ada perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Dan dari awal ekspektasi gw lebih ke pembenahan birokrasinya duluan sebelum macet dan banjir.
Tapi bukan berarti gw mempercayai Jokowi 100%. Gw ngga tau apakah setelah dia jadi Presiden dia akan sanggup ngejalanin semua visi misinya atau lagi-lagi tersandera ini itu. Bekingan Jokowi harus gw akui ngga bisa dibilang bersih atau baik semua. Siapa sih yang tahu bagaimana masa depan nantinya. Tapi pada akhirnya ada 1 keinginan gw yang membuat gw tetap memutuskan untuk memilih nomor 2 dengan segala resikonya. Apakah itu? Ntar deh, belakangan aja.
Dan karena ada rekan kerja yang mendukung Prabowo juga gw juga jadi denger cerita-cerita miring soal orang-orang di belakang Jokowi. (Ini bukan soal Jokowi itu Cina Kresten ya. Level gosipan gw nga serendah itu.) Gw menghargai para pendukung Prabowo selama mereka jujur dan masuk akal alasan ngedukungnya. Ada beberapa pendukung Prabowo yang alasannya masih bisa diterima logika gw, lepas dari gw setuju atau ngga dengan pendapatnya. Beda pendapat dan pilihan gpp, yang penting kerjaan ngga kelar dan relasi ngga harus rusak gara-gara pilpres.
Yang ngga sanggup gw terima biasanya alasan yang model-modelnya bawa-bawa agama, rasis, berita fitnah, ngejelek-jelekin fisik, lalala~ Gw juga ngga suka kalo Prabowo dijelek-jelekan dari agama, ras, fisik, atau status pernikahannya. Fanatisme dan dukungan yang kebablasan ngga pernah bagus kok. :V
Kembali ke kantor gw, setelah mendengar jawaban yang gw tulis di paragraf 5 postingan ini, temen kantor pun sepertinya lebih tenang (mungkin lega karena gw ngga maksa-maksa dia meski gw udah kasih statement dukung nomor 2) tapi dia sendiri masih bingung apa kepentingan pribadinya dan maunya bagaimana.
"Gini deh biar lebih gampang mutusinnya. Kalau Prabowo presiden sih ada gosip Ahok mau dijadiin mendagri. Kalau ternyata ngga jadi mendagri, berarti ya dia masih jadi wagub. Kalau Jokowi presiden, Ahok jadi gubernur DKI dan itu udah pasti karena aturannya demikian. Tinggal pilih aja elu lebih suka opsi yang mana."
Jadi, sudah tahu apa alasan terbesar gw memilih nomor 2? xd
Wednesday, July 11, 2012
Pilkada DKI 2012
Tahun ini gw cukup antusias mengikuti pilkada DKI. Kalo dulu soalnya calonnya cuma 2 (apa 3 ya?) dan gw ngga kenal serta ngga tertarik kenal juga dengan karakter masing-masing cagub. Tahun ini DKI mendapatkan variasi cagub yang beragam dan lebih semarak. Kalau ubek-ubek Twitter gw juga lihat lumayan banyak yang biasanya golput tapi kali ini lumayan semangat milih.
Diantara 6 calon, gw menaruh harapan yang lumayan dengan pasangan calon nomor 3 dan 5. Pasangan Jokowi-Ahok menawarkan perbaikan yang dimulai dari sistem pemerintahan duluan, sementara Faisal Basri memberikan solusi2 untuk kemacetan can banjir yang buat gw cukup komprehensif. Dan mempelajari figur mereka, entah kenapa gw merasa kalau salah satu dari mereka menang mungkin masih ada harapan untuk Jakarta ke depannya. Setelah beberapa hari kebingungan, akhirnya gw memutuskan mencoblos salah satu antara 2 calon tersebut (Rahasia yah. =d).
Awalnya keluarga gw juga luar biasa apatis menanggapi di pilkada ini. Klo gw nya ngga lagi antusias mungkin keluarga gw ngga nyoblos sama sekali. Nyokap bahkan mulanya mau coblos Foke. Setelah semua situasi yang terjadi di Mayestik dimana tau2 dibongkar untuk dikasih pihak swasta entah pengembang properti mana, dan kita harus beli kios dan hutang ampe 400juta ke bank dan lagi bingung gimana bayarnya, belom lagi maintenance kios dll dll, gw ngga habis pikir kenapa Nyokap masih percaya ama si kumis itu. Belom dengan mal2 Jakarta yang udah kebanyakan parah ini apa bukan nunjukin kalau 5 tahun terakhir itu yang dipentingin justru pengusaha kaya. Yang kecil2 mana dipandang~ >,>
Bokap apatis nga peduli, mungkin sudah terlalu sakit buat percaya atau berharap (ngga heran sih dengan gimana korupsi merajalela di semua kalangan dan gimana dia tau klo pilkada udah mau dicurang2in begini begitu). Sementara ade gw, nyah tipikal golput pemalas. =p Jadi beberapa hari ini gw coba bujuk2in paling ngga jangan pilih 1 lagi, sambil bincang2 situasi politik Indonesia bersama Papa dan Mama. Sementara ade gw, gw cuma minta klo emang mao golput ya udah. Tapi tetep datang dan coblos yang aneh2 di kertas suaranya aja biar ngga sah dan ngga disalahgunakan.
Minimal akhirnya kita sekeluarga pagi ini datang ke TPS dan nyoblos. Entah apa yang dicoblos Bokap, Nyokap, dan Ade gw ( meski yah gw promoinnya sih 3 dan 5 xD; ). Sekarang sudah jam 1 siang. Surat2 suara mulai dihitung dan stasiun-stasiun TV sudah berlomba-lomba mengumumkan hasil quick count nya masing-masing. Sekarang gw cuma bisa berdoa semoga siapapun yang jadi gubernur DKI untuk 5 tahun ke depan, Jakarta bisa menjadi lebih baik. Semoga gw masih diijinkan untuk punya harapan kalau masa depan Jakarta, dan juga masa depan bangsa Indonesia secara keseluruhan masih bisa menjadi lebih baik lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)