Wednesday, May 28, 2014

Surabaya City Tour - part 2

Wisata sejarah di Surabaya ngga cuma tentang perang. Ada juga museum yang memberi gambaran kegiatan perekonomian pada masa Belanda. Misalnya De Javasche Bank Museum yang terletak di dekat area Jembatan Merah, banyak mengkoleksi mesin-mesin dan mata uang yang dipakai di Indonesia dari jaman ke jaman. Di lantai atasnya biasanya dipakai untuk pameran-pameran sementara. Waktu kita kesana, annual pamerannya tentang lukisan cat air yang menggambarkan kehidupan kota Surabaya jaman dulu.

Money~ Money~ Money~

Yang paling kita suka dari museum ini adalah koleksi uang jaman dulu yang pernah digunakan di Indonesia. Desainnya bagus dan cantik-cantik. Bentuknya juga agak lebar, sehingga terkesan lebih wah nilainya. Ada juga koleksi sisa-sisa perang kemerdekaan seperti peralatan tentara dan mesin-mesin yang digunakan bank jaman dahulu.
Ada juga bilik partisi untuk teller dan nasabah jaman dulu. Jadi ceritanya teller dan nasabah dulu masing-masing pake ruangan yang rada tertutup, ngga seperti sekarang yang dibatesin meja doang. Kira-kira mungkin mirip ruang pengakuan dosa dengan meja tinggi. Mungkin biar nasabah berasa lebih privat kali ya.

Di salah satu ruang teller inilah Miki-Sensei sempat mendadak kekurung. Waktu dia lagi masuk dan foto-foto, pintunya tau-tau kedorong dan nutup sendiri. ^^; Lebih cilaka karena dia ngga bisa buka pintu dari dalem karena gagang pintunya sudah copot. Yah, untungnya gw lagi misah liat-liat lukisan jadinya bisa gw bukain dari luar. xD;

Bank Mandiri cabang KyaKya Kembang Jepun juga membuat museum kecil tentang perbankan jaman Belanda. Dari De Javasche Bank, tinggal ke jalan besar dan jalan kaki lewatin jembatan merah dan gapura Kembang Jepun sampai ketemu Bank Mandiri di sebelah kiri. Dulunya gedung ini bernama Escompto Bank. Museumnya lebih kecil tapi variasi koleksi nya lebih banyak. ^^





Oh iya, kita juga sempat mengunjungi kelenteng Hok An Kiong yang terletak di Jl. Coklat, di sekitaran Kembang Jepun. Ada banyak dewa yang jadi patron disini, tapi sepertinya patron utamanya adalah Kwan Im Po Sat. :)

Kalau dari Javasche Bank jalan kaki atau naik becak sedikit ke Jln. Sampoerna, sampailah kita di House of Sampoerna. Museum swasta ini cukup terkenal karena menyediakan bus gratis untuk wisatawan yang hendak melihat-lihat kota Surabaya. Begitu membuka pintu, kita bisa langsung mencium harum tembakau dan cengkeh di seluruh ruangan. 

Isinya kira-kira sejarah perjalanan perusahaan Sampoerna mulai dari warung hingga seperti sekarang. Yah bisa dibilang buat mamer kejayaan sih. xd Di lantai 2 nya kita bisa melihat bagaimana para buruh mengepak rokok dengan kecepatan yang membuat gw sempat berpikir ini gw lagi liat film di fastforward atau mereka sebenarnya robot dengan desain manusia. +__+; They are really really fast...!

Selain museum dan tempat sejarah, kita juga mengunjungi taman yang paling terkenal di Surabaya, yaitu Taman Bungkul. Selain karena penghargaan yang diterima, taman ini juga terkenal karena kejadian bagi-bagi es krim gratis yang membuat Ibu Risma ngamuk. ^^; Tapi waktu kita dateng kesana sih udah beres dan ngga terlihat tanda-tanda kerusakan.


Taman ini ternyata lebih kecil dari dugaan gw. Di tengah-tengahnya kayaknya makam tokoh setempat, lalu di sekelilingnya untuk aktivitas warga. Ada arena main anak dan remaja, tempat makan-makan, lalu bundaran yang dipakai untuk duduk dan ngumpul-ngumpul. Yah, masyarakat memang butuh ruang-ruang rekreasi model gini yang banyak. Meski agak berbeda dengan ekspektasi gw, tapi gw suka bagaimana Surabaya menata jalan dan kota nya supaya banyak pohon, taman, dan pedestrian yang layak. ^^


No smoochie smoochie~!

Kira-kira demikian tempat-tempat yang kita kunjungi selama berada di Surabaya. Akhirnya dipuaskan juga rasa penasaran kita yang selama ini ngga tau Surabaya itu kayak apa. Dari Surabaya, kita melanjutkan perjalanan ke Mojokerto, sebuah kota kecil yang sepertinya ngga terlalu sadar dengan potensi berlian di halamannya sendiri. We're going to visit Majapahit!!! \(*O*)/ Well... At least what's left from it...

Surabaya City Tour - part 1

Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena banyak peristiwa di kota ini yang penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah peristiwa 10 November 1945, dan peristiwa dirobeknya bendera Belanda yang berkibar di Hotel Oranje menjadi bendera merah-putih. Banyak bangunan tua masih dijaga dan dilestarikan.

Berbeda dengan di Jakarta, bangunan-bangunan tua Surabaya banyak disewakan untuk usaha supaya gedung tersebut masih dipakai dan dirawat. Meskipun ada juga beberapa gedung yang kosong tidak terawat. Kisah-kisah sejarah gedung-gedung tua masih bisa dibaca pada pelat-pelat yang menempel di luar gedung. Biasanya pelat-pelat ini ada di gedung-gedung tua, terutama wilayah sekitar pusat kota. 

Waktu berjalan di sekitar Surabaya Plaza, kami juga menemukan plat berisi kisah singkat orang-orang yang dirawat di rumah sakit yang dulu berdiri di wilayah tersebut. Banyak yang mengungsi ke Malang ketika Surabaya menjadi medan pertempuran.


Kisah Pertempuran Surabaya dan peristiwa 10 November 1945 banyak diceritakan di Monumen Tugu Pahlawan yang terletak di pusat kota Surabaya, seberang gedung kantor Gubernur (kalau di peta, sebenarnya agak sekitar Utara Surabaya). Pada area pintu masuk utama, terdapat patung Soekarno dan Hatta dihiasi pilar-pilar yang agak hancur. Bendera merah putih berkibar di lapangan monumen ini.


Opel Kapiten
Mobilnya Bung Tomo


Di belakang Tugu Pahlawan, terdapat Museum 10 November dengan 3 piramid kecil. Mungkin ceritanya biar kayak Museum Louvre di Paris? Gedung utamanya dibuat di bawah tanah dan piramidnya kecil dan pendek, dirancang supaya tingginya tidak menutupi Tugu Pahlawan dan bendera merah putih. Baik monumen maupun museum ini didirikan untuk memperingati para pejuang pertempuran Surabaya yang gugur. Banyak sekali yang tidak dikenal namanya.



Museum 10 November sendiri cukup kecil. Koleksinya kebanyakan foto dan diorama yang menceritakan masa-masa jaman Belanda, pendudukan Jepang, sampai perang kemerdekaan, di wilayah Surabaya. Ada juga beberapa benda-benda kenangan atau senjata yang dipakai oleh para pejuang Indonesia. Yang cukup mencolok mungkin patung yang menggambarkan tentara Indonesia yang berguguran, ada 1 orang yang menengadah ke atas, menghadap ke ujung piramid yang terbesar. Lalu ada juga rekaman suara Bung Tomo di radio yang secara berapi-api menolak permintaan Inggris/Sekutu yang dianggap keterlaluan dan mengajak arek Surabaya bersiap mengangkat senjata.

MERDEKA atau MATI!!! \(*___*)/

Meski negeri ini masih banyak kekurangan, kalau melihat sejarah perang kemerdekaan di tempat ini sungguh membuat gw bersyukur karena masih bisa menikmati kemerdekaan hasil jerih payah para pahlawan.


Di sebelah utara Tugu Pahlawan, tepatnya di Jalan Kepanjen, kita mengunjungi Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria yang tampil mencolok dengan bata-bata merah dan 2 atap panjang yang dibangun ala neo gothic. Gereja ini sudah ada sejak jaman Belanda dan dulu tampilannya lebih keren dan mewah. Tapi karena kebakaran (gw lupa gara-gara perang atau bukan) tidak banyak yang tersisa. Gereja dibangun ulang, tapi tidak semewah sebelumnya. Meski demikian Gereja ini tetap punya charm nya sendiri dan umurnya pun sudah cukup tua sejak dibangun kembali. Kalau dilihat dari atas, bentuk bangunannya menyerupai salib.

Tempat lainnya yang ngga kalah menarik adalah Hotel Majapahit yang terletak di selatan Tugu Pahlawan. Jarak keduanya lumayan jauh sih, tapi jalan kaki masih bisa kok (sambil ngeliatin deretan toko-toko furnitur). Karena kepo kita nyelonong masuk ke lobby hotel trus foto-foto di sekitaran lantai 1, entah sebenernya boleh atau ngga. xD Tapi kita ngga berani ke lantai 2, takut diglindingin satpam. :p


Disinilah bendera Belanda itu
dirobek menjadi Merah Putih

Bagian depan gedung ini masih dijaga nuansa oldiesnya dan masih dikibarkan bendera merah putih di tempat terjadinya perobekan bendera Belanda. Tapi bagian bawahnya sudah jadi semacam tempat makan. Di area resepsionis, ada bagian-bagian lama seperti kaca berhias dan lampu jadul yang dipertahankan. Tapi resepsionisnya sendiri cukup modern. Barulah ketika masuk lebih ke dalam, terasa banget style penginapan eropa jaman dulu.

Nginep disini kayaknya mahal. :P


Sewaktu jaman Belanda, hotel ini dikenal dengan nama hotel Oranje. Sementara waktu pendudukan Jepang namanya sempat diganti menjadi Hotel Yamato. Di hotel inilah terjadi peristiwa yang tercatat di buku-buku pelajaran sejarah, ketika beberapa orang memasang bendera Belanda sambil mengejek orang-orang Indonesia. Dengan emosi orang-orang di sekitar Hotel Oranje segera merangsek naik, menurunkan bendera Belanda lalu merobek bagian birunya, kemudian mengibarkannya kembali menjadi bendera merah putih.

Sebenernya kita juga mau mengunjungi Monumen Pers Perjuangan di kota ini, tapi entah kenapa tempatnya tutup. ;___; Di kacanya malah ada spanduk aneh yang kira-kira menolak penjajahan bangsa sendiri (merujuk pada pengusaha tertentu?). Posisinya deket banget sama Hotel Majapahit.



Salah satu tempat sejarah nasional yang juga layak dikunjungi adalah Monumen Kapal Selam Pasopati. Ini beneran kapal selam Indonesia waktu operasi Irian Barat yang akhirnya dipensiunkan lalu dibawa ke darat untuk dijadikan museum. Kapal selam ini buatan Rusia dan di dalamnya kita bisa kira-kira bagaimana kehidupan para awaknya, which is... pretty though... Kapalnya sih gede, tapi dalemnya kecil-kecil, bahkan ruangan komandonya mepet-mepet. Ngga kayak kapal selam di film-film Hollywood yang ruang komandonya terlihat besar dan keren. Mati gaya banget deh idup di dalem situ berhari-hari. ^^;

Near... far... wherever you are...~ #eh

Monumen Kapal Selam ini terletak di pinggir kali, cuma 10 menitan jalan kaki dari Stasiun Gubeng lama dan nyeberangin jembatan. Kita kesana buat isi waktu menanti kereta datang. Di gedung belakang ada pemutaran film dokumenter mengenai kehebatan angkatan laut Indonesia. Kayaknya sih filmnya dibuat waktu masih jaman orde baru, jadi entah apa relevan dengan kondisi sekarang. Kita ngga nonton sampai habis karena mesti balik ke Stasiun Gubeng biar ngga ketinggalan kereta menuju Mojokerto.

Okeh, part 1 nya segini dulu ya. Sebelum lanjut ke Mojokerto, masih ada beberapa tempat di Surabaya yang akan gw bahas pada postingan berikutnya, yaitu De Javasche Bank, Escompto Bank, House of Sampoerna, dan Taman Bungkul~ ^^

Tuesday, May 27, 2014

Makan-makan di Surabaya~ :3

Makanan-makanan di Surabaya agak di luar ekspektasi gw. Mungkin karena gw bukan asli sana dan gw ngga tau dimana tempat yang makanannya cukup murah dan enak. Variasinya juga kebanyakan penyetan, ayam/bebek bakar, ayam/bebek goreng, rawon, dan soto, yang menurut gw secara menu sudah ada banyak warung-warung Jatim dengan makanan serupa di Jakarta. Kemudian secara harga ternyata ngga jauh beda dengan Jakarta, mungkin malah lebih mahal.

Yang membedakan, kalau makan soto di Jawa Timur, kita dapat banyak potongan dada ayam yang bersih dan empuk serta jarang ada tulang. Sementara di Jakarta, soto 8 rebu isinya bisa banyakan tulang daripada dagingnya. Rasa kuahnya juga ngga se "mecin" soto ayam di Jakarta. Selain itu kalau pesan soto di Surabaya (atau Jawa Timur pada umumnya) nasi sudah tercampur dengan kuah soto, tinggal dimakan langsung dari mangkok. Dan entah kenapa kecap manis bukan bumbu default yang selalu tersedia. ^^;

Tapi meskipun minta kecap manisnya lebih repot, kalau pesan "teh" otomatis kita mendapatkan teh manis. Jadi kalau mau teh tawar harus bilang "tawar" atau "ngga pake gula" dari awal. Oh iya, gw ngga ngeliat ada emping juga sih selama makan soto.

Trus kalo di Jawa Timur, kelapa muda disebutnya "degan". Tadinya gw pikir es degan itu semacem es campur atau dawet tapi pake batok kelapa, ternyata emang es kelapa pake gula doang. ^^; Ngomong-ngomong es campur dan dawet, kita nyobain 2 itu di warung depan Gereja Kepanjen. Harganya sekitar 7-8ribu. Santan dan gula merah di Es Dawet nya mantap tenan. :d

Akan sempurna kalau ada emping dan kecap manis.
Tapi yah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.

Karena Miki-Sensei suka dengan bangunan-bangunan tua, beberapa destinasi kulinari kita adalah restoran-restoran yang dibangun atau dibuat dengan merenovasi bangunan lama yang sudah ada sejak jaman Belanda.

Misalnya saja 1914, informasi keberadaannya kita dapatkan melalui internet waktu duduk-duduk ngga tau mau ngapain lagi di taman bungkul. Letaknya di jalan Darmokali, sehingga kita jalan kaki kesana dengan mengandalkan peta. Sewaktu sampai disana, venue di gedung ini ternyata banyak.

Gw : "Ini tempat makan, kan?"
Resepsionis : "Iya, tapi ada 3 tempat makan di dalamnya, ada restoran Amerika, restoran Meksiko, dan restoran Jepang. Ada juga Cigar Bar, Wine Bar, serta outdoor garden di belakangnya."
Gw : (Ngeks... mahal neh...) o_o;

Our Mocktails

And yeah, it's pretty damn expensive... >,>;
Karena Resto Jepang nya baru buka jam 6-7 sore, dan kita berdua ngga suka pedes, maka kita memilih Chicago Steakhouse untuk makan malam. Although gw ngga pesen steak karena harganya lebih bikin nangis, gw pesen sandwich dan segelas mocktail yang rada mirip milkshake pake soda. Porsi sandwich yang gw dapatkan ternyata gede banget, jadi secara value harga ngga rugi-rugi amat gw bayar mahal. Cuma saking gedenya, perut gw bener-bener kekenyangan sehingga maag gw mulai ngambek. Gw pun agak menyesal kenapa ngga pesen salad aja buat makan malam. ++;

Tempat makan lainnya yang kita kunjungi karena dibuat dengan merenovasi gedung tua adalah 1903. Letaknya di Jl. Sumatra no.40, sekitar 10-15 menit jalan kaki dari stasiun Gubeng. Kita berdua kesana untuk mengisi waktu menunggu kereta menuju Malang. Jadi ngga bisa lama-lama juga duduk-duduk disana biar ngga ketinggalan kereta.

Kalau sekilas dilihat, ada 2 tempat makan di tempat ini. Pada siang hari, ada Historica coffee and pastry yang kayaknya jadi tempat nongkrong anak muda menengah keatas. Fine diningnya baru buka malem-malem. Gw lupa namanya, klo ngga salah Society atau semacemnya. Kita masuk Historica sambil diliatin bingung sama mas waiternya karena bawa tas ransel gede-gede, nyemil-nyemil apple crumble dan minum latte di Historica. Kurang lebih sebenernya konsep jualan dan harganya kayak Starbucks sih (Eh, apa lebih mahal starbucks ya? Udah lama ngga kesana), cuma ngga se mainstream brand gede itu lah. Desain ruangannya juga lebih chic. Di toiletnya ada mesin jahit tua yang disulap jadi dekor wastafel. xD



Apple crumble nya enak, ngga terlalu manis dan ada sedikit asem biar seger. Dan latte nya juga pretty good. Gw jadi penasaran ama makanan-makanan mereka yang laen, tapi entah kapan bisa balik lagi kesitu. Dan kalaupun mereka buka di Jakarta entah ama minat berkunjung gw masih tinggi atau ngga. Soalnya feelingnya beda ketika mereka nongol di mal sama mereka nongol di mantan bangunan tua.

2 hari terakhir di Surabaya kita juga makan di Restoran Jepang. Jauh-jauh ke Surabaya makannya makanan Jepang? Well, cerita kita nemuin kedua restoran itu agak lucu sih. Selama di Surabaya kita menginap di daerah ruko yang agak antah berantah bernama Darmo Park 2. Letaknya persis disamping Ciputra World, tapi kondisi antara keduanya beda jauh. ^^;

Setiap ngacir dari penginapan kita selalu keluar masuk dari pintu sebelah timur, sampai kemudian 2 hari terakhir di Surabaya kita jalan-jalan ke Carefour untuk beli sedikit keperluan, dan kali ini baliknya masuknya dari pintu sebelah barat yang ternyata kebuka juga. Dan ketika masuk kita menemukan... COSMO... Supermarket Jepang yang klo di Jakarta ada di sekitar Bulungan - Blok M. Dan disampingnya ada 2 restoran Jepang yang kalau lihat bangunan ruko nya sudah lama berdiri disitu. Karena bagian kacanya ditutup stiker kotak-kotak, kita agak susah melihat bagaimana isinya. Lalu di seberangnya ada toko wine/sake yang buka sore-sore. Kalau siang Darmo Park 2 ini kayak ruko-ruko tua ngga jelas, tapi ternyata di malam hari bagian barat nya lumayan hidup. OO;

Karena bangunan-bangunannya sudah tua, asumsi kita restoran-restoran Jepang ini sudah sejak luamaa dan berhasil bertahan sampai akhirnya makanan Jepang booming banget beberapa tahun terakhir ini, dan kita pun jadi excited buat nyobain.

Yang pertama kita masukin namanya "Iki Restoran Jepang". Ketika pintu dibuka, ternyata isinya sudah ramai dengan pengunjung dan kita jadinya ditempatkan di ruang bertatami lantai 2. Tataminya beneran tatami. Pegawai restorannya sempat bingung ada 2 cewek asing nongol di restoran itu karena biasanya yang dateng memang yang sudah langganan.

A bit old, tapi tatami nya beneran.
Ada ruangan tatami lain yang lebih privat.



Miki-Sensei memesan nasi kare seharga 45ribu sementara gw memesan sake-don 70rb (tadinya mau tuna yang lebih murah, tapi habis). Porsi punya gw agak kecil, tapi potongan ikannya enak dan kayaknya nasinya beneran nasi Jepang (ato paling banter KW1 nya). Harga-harga tersebut sudah termasuk sop dan puding kecil. Miki-sensei bahkan dapet mini salad.



Restoran kedua bernama "Saga Restoran Jepang". Kita nyobainnya buat makan sore sebelum ke bandara (penerbangan kita malem-malem). Saga cenderung lebih mahal daripada Iki dan dari buku menu nya ada kesan restoran ini buka nya lebih belakangan. Kali ini gw pesen sashimi set seharga 120rb an (variasi berbagai ikan + cumi-cumi). Sementara Miki-Sensei memesan miso ramen dan takoyaki. Variasi menu di Saga lebih banyak daripada Iki, tapi jenis-jenis makanannya kurang lebih sama.

Indonesian food sudah, Western dan Japanese food sudah. What about Chinese Food? Well, kita ada nyobain 1 restoran bernama Rumah Makan Hai Nam. Letaknya dekat Tugu Pahlawan dan secara tampilan biasa saja. Kira-kira mirip Chinese Food sekitaran Glodok atau Kelapa Gading. Karena ngga ada harga di list menu nya, perasaan gw udah ngga enak, jangan-jangan ini restoran sebenarnya restoran mahal. Gw pun akhirnya bertanya harga nasi hainam ayam nya berapa, pelayannya menjawab 40ribu. Well, lumayan mahal sih. Tapi yang bikin gw rada ngga enak adalah ekspresi pelayannya yang seolah pertanyaan gw mengenai harga makanan itu sesuatu yang aneh. Apa orang Surabaya yang masuk sini itu kaya-kaya semua sampe udah nga mikir harga makanannya? ^^; Ato kebanyakan yang kesitu udah langganan dan udah hafal harganya? I dunno, tapi gw berharap ngga usah lah pasang ekspresi aneh. Apa salahnya sih gw tanya harganya berapa. :V

Nasi hainamnya lumayan, untuk harga segitu gw makan di Kenanga aja bisa dapet nasi hainam campur (ada daging babinya) yang lebih banyak porsinya. Gw ngga berani pesen menu lain karena entah bakal berapa harganya dan kalo gw nanya lagi nanti makin mesem kali yang nyatet pesenan kita. Kalau lihat meja-meja lain sih kebanyakan makan siang besar kayak sop 1 mangkok gede atau seafood dkk. Tapi dibanding gw, Miki-Sensei lebih nyesek. Dia pesen es jeruk dan es campur, waktu bayar ternyata harga es jeruk dan harga es campur sama, 20 ribu rupiah. ^^;

"TAU GITU GW PESEN ES CAMPUR AJA!!! NGA USAH ES JERUK!!!" \(T___T)/
Demikian jeritan hati Miki-Sensei.


Yang terakhir ini adalah tempat makan favorit gw diantara semuanya. Namanya "Zangrandi Ice Cream". Yup, ini cuma toko es krim yang juga menjual beberapa panganan ringan, but I really love this place. Apalagi kalo habis jalan kaki panas-panas keliling kota Surabaya, tempat ini bener-bener menyejukkan jiwa dan raga. Zangrandi Ice Cream terletak di Jl. Yos Sudarso. Konon toko es krim ini sudah ada sejak tahun 1930an. Tapi kalau lihat dekor dan tekstur es krim nya, mereka lumayan merenovasi demi mengikuti perubahan jaman. Kalau pesan es krim nya, kita bisa dikasih air dingin untuk minum setelah makan es krim, dan bisa refill pula. Pelayanannya cukup oke, dan gw dipanggil "Kak". :3 *dikeplak*


Cepat-cepat difoto sebelum meleleh...

Karena kepo kita pesan paket buat berdua yang berisi es krim 6 rasa seharga 55ribu. Sebenernya buat orang pacaran kalo liat nama menu dan piring hati nya, tapi ya sudah lah. 1 lagi gw pesan es krim vanilla yang dikasih saus rum. Tekstur es krimnya mulai mirip Campina, ngga jadul2 amat. Tapi melelehnya lumayan cepet, entah apa gara-gara cuaca emang lagi panas banget. Favorit gw yang vanilla pake rum dan rasa kopyor. Tapi rasa lainnya juga enak-enak~ Kalau lagi main ke Surabaya, gw sangat merekomendasikan tempat ini. Entah buat melepas lelah atau ngobrol-ngobrol bareng temen. ^^

Demikian kisah petualangan kuliner kami di Surabaya. Selanjutnya gw cerita-cerita dulu soal tempat-tempat yang gw kunjungi selama berada di Kota Pahlawan. :)


East Java at 2014~

Tahun ini akhirnya gw kesampean untuk mengunjungi Jawa Timur. Bahkan gw 2 kali berjunjung ke Malang. Yang pertama untuk melihat-lihat candi peninggalan Singosari di kota Malang bareng-bareng komunitas pecinta budaya. Sedangkan yang kedua gw mampir ke  Malang setelah sebelumnya mengunjungi Surabata dan Mojokerto, untuk lihat-lihat Jatim Park 2 yang belakangan ini lagi happening banget. 

Kalo biasanya gw cerita apa yang gw lakukan dalam seharian ketika jalan-jalan, kali ini gw pengen pelan-pelan membahas masing-masing objek wisata di masing-masing post biar ngga riweh. Jadi untuk di post ini gw pengen cerita singkat aja gimana perjalanan-perjalanan gw.




Pertama kali gw ke Malang di bulan April 2014 bareng temen kantor gw si Capcay_Santun, dengan menggunakan kereta Majapahit waktu berangkat dan Matarmaja waktu balik. Mungkin itu bakal terakhir kalinya gw naek kereta sejauh ini. Batas gw tahan di kereta kira-kira maksimal 9-10 jam. Lebih dari itu pasti gw mati gaya banget dan udah ngebet pengen cepet nyampe. Sementara dari Jakarta ke Malang membutuhkan waktu sekitar 18 jam. Udah ge-je banget deh gw di dalem kereta, dan mau gerak-gerak juga susah karena harus tenggang rasa ama penumpang laen. Belom lagi kalo banyak pedagang asongan, pengamen, dan tukang minta-minta yang lalu lalang di Matarmaja. ^^;

Owh, dan yah... jangan pernah berharap banyak ama toilet kereta, meskipun itu kereta eksekutif...

Di Malang kita ngiter-ngiter mengunjungi berbagai museum dan candi-candi yang terdapat di kota ini. Karena tour rame-rame, gw tinggal bayar dan semuanya udah diurusin termasuk tiket masuk dan makanan (kecuali jajanan serta oleh-oleh). Jadi lumayan ngga rempong mikirin jadwal dan budget. Tapi gw juga sempet bete parah waktu bus yang membawa kita malah mogok di salah satu candi. Sebagai akibatnya, gw dan temen gw cuma bisa mengunjungi 3 dari 4 candi yang sudah dijadwalkan. ;___;


Tugu Kota Malang

Kemudian bulan Mei ini gw kembali ke Jawa Timur, bersama teman kuliah gw, si Miki-Sensei. Tapi kali ini tournya juga mencakup Surabaya dan Mojokerto. Surabaya karena gw kepo dengan kota yang dipimpin oleh Ibu Risma yang tersohor, jadi gw pengen tahu sudah sejauh apa berubahnya. Harus gw akui Surabaya jauh lebih rapih daripada yang terakhir gw ingat. Banyak trotoar besar tapi ngga dicaplok pedagang asongan. Tapi kota ini buat gw sih panas dan gerah banget meskipun di malam hari. Harga makanan dan transport disini juga kurang lebih sama (atau malah lebih mahal?) dari Jakarta. ^^;


Ending nya gimana sih? 
Yang menang Hiu atau Buaya?


Sesuai dengan namanya sebagai Kota Pahlawan, Surabaya merupakan tempat yang sangat bagus untuk mengenang dan mempelajari kisah-kisah perang kemerdekaan Indonesia. Banyak gedung-gedung tua dan bersejarah yang masih dipertahankan. Ada yang masih dipakai, ada yang sekedar dibiarkan begitu saja. Kadang gedung-gedung tua nya sering ditempeli pelat yang menceritakan kisah si gedung sewaktu jaman Belanda atau pendudukan Jepang. Dan hal-hal kayak gitu lebih nikmat ketemu nya dengan berjalan kaki. ^^

Kemudian Mojokerto, Trowulan. Gw sudah kepengen banget mengunjungi situs Majapahit sejak beberapa tahun yang lalu dan akhirnya kesampean. \(^O^)/ Mojokertonya sendiri sepi dan lebih kayak kota transit dengan banyak lahan pertanian. Jadi waktu gw dan Miki-sensei turun di stasiun Mojokerto dari Surabaya, orang-orang memandang dengan heran. Kayak setengah bingung, setengah kepo, juga setengah cemas kalau-kalau kita nyasar.

Di Trowulan, kita carter sepeda motor untuk nganter-nganter ke candi-candi, museum, dan mahavihara Majapahit. Karena hari Minggu, pengunjungnya juga cukup ramai. Gw cukup senang orang masih mau peduli sejarah dan melihat-lihat Trowulan, meski kadang miris sama orang yang nekat melanggar batas candi demi foto-foto. Seandainya ekskavasi dan penataan situs bisa lebih diperhatikan, mungkin tempat ini bisa jadi keren dan peninggalan-peninggalan yang ada bisa dirawat dengan lebih baik. Tapi sekarang setidaknya gw masih bisa melihat sisa-sisa kerajaan Majapahit selagi gw masih hidup. :')

Setelah Surabaya dan Mojokerto, akhirnya gw pun ke kota Malang untuk kedua kalinya. Mungkin karena sekarang gw lebih banyak pake angkot atau jalan kaki, gw jadi lebih merasakan suasana kota nya secara langsung. Abis puas dijemur di Surabaya dan Mojokerto, Malang menghibur kulit gw dengan cuaca nya yang sejuk serta sering mendung. Malam-malam pun kota ini masih cukup hidup, banyak yang keluar sore buat makan-makan atau berkumpul bareng teman. Kali ini gw mengunjungi Candi Singosari yang sebelumnya ketinggalan, dan Jatim Park 2 yang banyak direview orang sebagai tempat rekreasi yang keren.

Gw harus akui gw underestimate Jatim Park 2 sebelum masuk-masukin Museum Satwa, Batu Secret Zoo, dan Eco Green Park. Ternyata tempatnya ditata bagus dan apik. Ngga heran sih jadi kebanggaan di Jawa Timur. Gw ngga ke Jatim Park 1 dan pilih yang 2 karena katanya yang satu lebih kayak Dufan, Tapi kalau gw masih ada kesempatan buat main ke Malang lagi, mungkin gw bakal coba lihat-lihat. Minimal buat mengunjungi tempat-tempat lain di Kota Batu kayak Museum Angkut atau Batu Night Spectacular ( Bener ngga itu singkatannya BNS? ^^; )


Museum Satwa dan Batu Secret Zoo di belakangnya.

Dengan segala kejadian aneh-anehnya, gw sangat enjoy dengan petualangan gw di Jawa Timur dan akan gw cerita lebih detil di postingan selanjutnya. Sambil gw juga sekarang harus mempersiapkan buat petualangan selanjutnya yang mungkin jadi petualangan terbesar seumur hidup gw. O_O;