Sunday, July 27, 2008

Yoroshiku Shiro~

So...
Di suatu pagi yang cerah, seperti biasanya salah satu pekerja rumah tangga di tempat gw membereskan halaman belakang (entah bisa disebut halaman atau ngga) serta area tempat kelinci-kelinci gw. Ia kemudian membuka pintu belakang dan munculah seekor kelinci putih besar yang tiba-tiba masuk entah apa karena bingung atau karena dia mencium bau kelinci-kelinci lain. Kelinci putih itu kemudian ditangkap dan dikandangin, dan begitulah kisah bagaimana ada kelinci baru yang menjadi bagian keluarga. ^^


Yoroshiku Shiro~

Gw beri nama Shiro karena warnanya yang putih semua. Sedikit kumal, yah habis dari luar sih jadi ngga heran juga. Warna matanya merah, seperti kebanyakan kelinci putih lainnya. Kelihatannya dia cukup biasa dipegang meskipun ngga suka digendong apalagi ditarik kupingnya. Makannya juga banyak kayak Clover. ^^;

Gw rasa dia peliharaan orang yang kabur, kelinci bekas tukang sulap yang dibuang, atau melarikan diri sebelum sempat disate yg punya. ^^; Sampai sekarang ngga ada yg claim nyari kelinci, soo... It belongs to me now. :D *menggelinding kabur*


Saturday, July 26, 2008

2 novel 1 hari

Gw jarang baca novel dan ngga banyak koleksi novel yang gw punya, tapi sekali baca biasanya gw ngga bisa berhenti sampai akhir. ^^;

Gw beli
Howl's Moving Castle (by Diana Wynne Jones) ketika waktu masih kuliah direkomendasiin temen gw. Karena gw sendiri nonton Howl's Moving Castle Movie yang versi Hayao Miyazaki (Studio Ghibli) so gw tertarik juga untuk pengen tahu isi novelnya. Ternyata novel dan filmnya beda, meski basis ceritanya sama tapi tema yang diusung berbeda satu sama lain. Tapi gw sangat suka 2-2nya meski berbeda. Di novel kita bisa lebih melihat interaksi antara Sophie dan Howl serta kemunculan karakter-karakter lain yang ngga ada di movie.

Entah kenapa belum lama ini gw teringat lagi dengan novel tersebut dan mencoba mencari-cari info di wikipedia dan barulah gw sadar kalau Howl's Moving Castle sudah punya 2 sequel, yaitu "
Castle in The Air" dan "House of Many Ways", dan kemudian gw memesan ke-2 buku tersebut di Kinokuniya PS. Kata mereka bisa nunggu ampe 3 bulan, tapi ngga nyampe 1 bulan ternyata buku sudah siap diambil. ^^ So kemaren gw menghabiskan seharian membaca kedua novel ini sampai habis (mestinya sih kerja... tapi... *ditimpuks*). Rada heran somehow, since biasanya gw baru bisa menghabiskan satu novel dalam 1-2 hari. Yah paling ngga jadi ngga kebawa penasaran besok-besoknya. =d

Castle in The Air sekilas ngga ada hubungannya sama sekali dengan Howl's Moving Castle, namun berada di setting dunia yang sama. Abdulah adalah seorang pemuda pemimpi yang menjalani hidupnya sebagai penjual karpet di negri Zanzib, jauh di selatan Ingary. Di sela-sela kegiatan berdagangnya dia selalu melamunkan seandainya dia bukan sekedar penjual karpet, namun seorang pangeran dari negri lain yang memiliki tunangan seorang putri yang cantik jelita. Lamunannya kemudian dibuyarkan suatu hari ketika seseorang menjual karpet terbang ajaib ke tokonya. Karpet itulah yang kemudian membawanya bertemu dengan putri impiannya, Flower-of-the-Night. Namun ketika mereka berdua hendak melarikan diri, sang putri diculik Djinn besar yang sedang menculik putri-putri di seluruh negri, memaksa Abdullah pergi dari Zanzib dan berpetualang hingga akhirnya sampai ke Ingary demi menyelamatkan Flower-of-the-Night, dan akhirnya bertemu Sophie dan Howl dalam kondisi yang tidak terduga.

Kalau
Castle in the Air penuh dengan petualangan serta dibuka dengan nuansa ala 1001 malam, maka House of Many Ways bisa dibilang kebalikannya. Buku ini lebih menyajikan petualangan dengan lingkup yang lebih personal dari sudut pandang seorang anak perempuan yang beranjak remaja normal. House of Many Ways baru terbit bulan kemarin tahun ini, sedangkan Castle in The Air sudah terbit sejak tahun 1990. Covernya jadi beda sendiri dengan 2 buku sebelumnya (beda penerbit), hardcover dan besar sendiri. ^^;

Charmain Baker, tokoh utama kali ini, hanyalah seorang anak perempuan dengan ayah seorang pemilik toko roti dan ibu yang agak kelewat konservatif. Dia sangat menyukai buku dan selalu menenggelamkan dirinya dalam bacaan-bacaan yang menarik. Ia tinggal di negeri bernama High Norland, dimana sang raja juga sangat menyukai buku sehingga Charmain memberanikan diri menulis surat lamaran kerja kepada raja untuk bisa menjadi asisten dalam mengurus perpustakaannya.

Paman jauhnya, seorang penyihir bernama William Norland, tiba-tiba sakit keras dan meminta Charmain menjaga dan membersihkan rumahnya selama ia pergi untuk menyembuhkan diri. Disana ia menemukan kalau rumah paman jauhnya itu bukan rumah biasa dengan pintu yang bisa membawanya ke banyak tempat (mirip pintu pada rumahnya Howl namun dengan sistem yang agak berbeda), bertemu dengan Lubbock yang jahat, bertanggung jawab atas seekor anjing liar yang ajaib, membuat masalah dengan para kobold, dan harus berbagi rumah pamannya dengan Peter, seorang penyihir muda yang hendak menjadi murid William Norland.

Sementara kondisi ekonomi sang Raja sedang dalam masalah besar karena banyak uang yang menghilang sehingga pihak kerajaan memanggil Sophie Pendragon untuk membantu mereka mencari harta yang hilang dan menemukan
Elfgift yang legendaris. Dan dimana ada Sophie pasti Howl tak jauh darinya. (Gw ngakak pas Sophie tau ternyata Howl ngikutin dia diam2 ke High Norland karena kuatir xD. Soo Sweet...) Dengan kemunculan keluarga sihir ini, Charmain pun semakin terlibat dalam urusan kerajaan dan sihir menyihir.

Gw sangat terkesan, ketiga buku ini menampilkan 3 tokoh utama yang masing-masing sangat berbeda-beda satu sama lain. Sophie, seorang gadis yang keras dan disihir menjadi nenek-nenek, Abdullah si pedagang karpet yang selalu menggunakan kalimat yang berbunga-bunga (kebiasaan negri asal), dan Charmain seorang anak perempuan normal dengan cara pikir yang realis, agak pemalas, namun sangat menyukai buku (membuat karakternya jadi dekat dengan pembaca yang tentunya juga menyukai buku). Gw sedikit menyayangkan karena diantara 3 buku, hanya Charmain yang terlibat dalam kisah yang ada dengan lebih ke arah kebetulan.

Tidak seperti Sophie yang disihir atau Abdullah yang kekasihnya diculik sehingga terlibat langsung dengan keseluruhan cerita, Charmain seolah-olah benar-benar orang luar dari semua masalah yang ada. Mungkin dimaksud pengarang supaya alurnya setiap buku selalu berbeda, namun gw pribadi berasa sayang aja. Gw juga berharap antara Charmain dan Peter ada interaksi yang lebih dalam dari yang tergambar pada novelnya. =P Moga-moga masih ada sequel yang bisa menceritakan mereka berdua.

Well, back to work~


Monday, July 21, 2008

One Piece


Water 7 - Ennies Lobby Arc menaikkan peringkat One Piece di hati gw dari sekedar suka menjadi tergila-gila. Petualangan-petualangan para kru Bajak Laut Topi Jerami ini makin lama makin besar dan lawannya pun sudah bukan main-main lagi. Kru nya pun sekarang bertambah seorang musisi berwujud tengkorak hidup, kru dengan profesi yang sudah diinginkan Luffy sejak pertama kali dia mengumpulkan anak buah. ^^;

Di komik terbitan Elex Media sendiri, One Piece baru terbit sampai nomor 46, baru awal-awal petualangan baru di Thriler's Bark dimana dia akan kembali berhadapan dengan salah seorang Sichibukai. Sementara di Jepang sendiri sudah terbit sampai ketika mereka kembali membuat masalah besar melawan pemerintah dunia untuk menyelamatkan Caimie si putri duyung. ^^

Huaaah, ngga sabar menunggu chapter-chapter selanjutnya!!! xDDD


Saturday, July 12, 2008

The Burned Pot & I...

Di tengah kesibukan yang tak kenal ampun ini lagi-lagi gw melakukan kesalahan bodoh. Bokap, nyokap, dan ade gw (untungnya) sedang jalan-jalan ke Bandung dan meninggalkan gw sendirian di rumah karena gw belain deadline. --; Niatnya sih konsen kerja tapi entah kenapa meski dah memutuskan tinggal di rumah tetap saja ada hal-hal yang merusak rencana kerja gw. Seolah-olah ke Bandung ato ngga gw ditakdirkan untuk mendapat gangguan kerja... ;_;

But niwei, kembali ke kesalahan bodoh gw, karena hari sudah malam dan gw ngga kuat ngangkat galon Aqua (sementara persediaan air di botol semakin menipis), gw memutuskan untuk masak air keran sebagai persediaan minum. Sok konvensional ceritanya. Gw taro air di panci, nyalain kompor, lalu gw tinggal kerja sambil menunggu mendidih.

Namun otak lemotku kembali melupakan kenyataan kalau gw masak air dan asik bekerja di depan komputer, sampai kemudian gw mencium bau gosong (Puji Tuhan hidung gw masih berfungsi dengan baik!!!). Dan barulah gw teringat pada si air yang ketika gw tengok ternyata sudah MENGUAP SEMUANYA!!! Sementara dari pangkal gagang kayu panci gw terlihat amat sangat GOSONG dengan kepulan asap yang melayang-layang... OO;;; I ALMOST BURN MY OWN HOUSE!!!!

Syukur sesyukur-syukurnya the worst case scenario tersebut ngga kejadian dan setelah gw dinginkan panci gw... well, gagangnya lepas karena kayu pangkalnya sudah benar2 gosong jadi arang... --; Entah nanti gw ngaku sama bokap nyokap ato ngga, sebaiknya gw segera beli panci baru besok.

Ugh... bau gosongnya ngga ilang-ilang... T___T