Monday, August 26, 2013

Cetho, Sukuh, Tawangmangu

Sekitar jam 8 kami mulai keluar dari hotel. Karena tidak menemukan Bus Atmo di Slamet Riyadi, akhirnya kami mencoba naik taksi ke Terminal Tirtonadi dari depan Novotel. Ternyata naik taksinya minta minimal bayar rp20.000,- meski argonya tidak sampai segitu. Kayaknya kecuali buat nanti pulang ke stasiun, kita nga akan pake taksi lagi. :S

Dari Terminal Tirtonadi kita naik bus jurusan tawangmangu lalu turun di terminal Karangpandan. Kemudian naik lagi minibus sampai pertigaan Nglorok. Disini kita sewa ojek untuk ke Candi Cetho, Candi Sukuh, dan Air Terjun Tawangmangu. Entah apa harga ojeknya lagi mahal atau wajah semi oriental kita memang sangat ngga menolong untuk menawar harga sehingga kita dimintanya sampai Rp 200.000,- untuk 2 ojek . Padahal kalau baca-baca blog orang kayaknya pada dapet 30-50rb per ojek.

Candi Sukuh


Candi Cetho
Candi Cetho dan Sukuh gaya reliefnya sangat berbeda dengan candi-candi sekitar Yogyakarta. Mungkin karena dibuat di jaman yang berbeda. Candi Sukuh sekilas mengingatkan kita dengan piramid Suku Maya di Amerika. Ada beberapa patung dan relief yang ditata di sekitar candi, tapi pada candinya sendiri hampir tidak ada relief gambar.

Begitu pula dengan Candi Cetho. Ada beberapa patung dan relief bergambar, tapi tidak pada candinya sendiri. Candi cetho mengingatkan saya dengan pura umat Hindu, dan disekitar situ memang penduduknya banyak pemeluk agama Hindu. Candi cetho sendiri sepertinya masih digunakan untuk upacara keagamaan.

Medan menuju candi cetho dan sukuh dihiasi area perkebunan sayur dan teh yang juga sangat indah. Kebun-kebunnya tidak securam di Dieng, tapi karena kita menggunakan motor, tanjakan, turunan, dan kelak-kelok nya lumayan bikin deg-degan. Tapi jalan tersebut ternyata ngga ada apa-apanya dibanding jalan belakang menuju Tawangmangu. Sudah curam, lebih sempit, tikungannya lebih tajam, dan jalanannya gradakan tidak rata. +_+;

Tapi syukurlah kita sampai dengan baik ke pintu loket 2 Tawangmangu. Normalnya orang mengakses dari loket 1 supaya tinggal turun saja. Tapi karena kita dari loket 2, kita harus menanjak terus sampai ke air terjun.

Air Terjun Tawangmangu

Air terjunnya memang bagus. Pantas banyak orang yang suka berekreasi disini. Ada banyak monyet yang berkeliaran. Mereka memang tidak seseram monyet ubud, tapi kalau melihat orang membawa buah-buahan, maka digaronglah oleh para monyet. Ada juga tempat berenang dan permainan model flying fox untuk rekreasi. Bila lapar, disini banyak yang menjual sate ayam dan sate kelinci.

Setelah ngos-ngosan menanjak sampai ke loket 1, kami masih harus berjalan kaki sampai ke Terminal Tawangmangu. Ada bus rute ke Solo yang sedang ngetem, jadi kami pun segera naik dan sekitar 2 jam kemudian sampai kembali di kota Surakarta.

Sampai di Terminal Tirtonadi, kita langsung ke Solo Grand Mall naik becak. Salah satu temen kantor gw pernah bilang di Solo ada mall yang mirip CP Jakarta. Tapi sepertinya bukan Solo Grand Mall ini yang dia maksud. Entah apa ada mall besar lain di Solo atau gw nya yang salah denger.

Kita makan sedikit dan jalan-jalan sejenak di Solo Grand Mall, lalu berjalan kaki sepanjang Slamet Riyadi ke arah hotel. 
Tadinya kita mau jalan lebih lanjut ke arah timur, tapi ade gw mendadak kejeblos lubang trotoar sehingga sedikit keseleo. Jadinya kita makan sore di restoran yang cukup dekat dengan hotel. Namanya O-Solo-Mio~

O-Solo-Mio adalah Restoran Italia yang pizzanya dibakar menggunakan semacam tungku. Mungkin kalau di Jakarta seperti Peppenero atau Pisa Cafe. Saladnya banyak dan enak. Pizzanya juga tidak terlalu berminyak. Suasana restorannya asik buat pacaran atau ngobrol-ngobrol dengan teman. Harganya tapi mahal, mungkin ini sebenarnya high class resto di Solo. ^^;


Jadwal untuk besok mungkin lebih santai tapi tetap butuh tenaga, sebab kita akan mengunjungi beberapa museum dan seharian mengelilingi kota Solo.

No comments: