Wednesday, May 28, 2014

Surabaya City Tour - part 2

Wisata sejarah di Surabaya ngga cuma tentang perang. Ada juga museum yang memberi gambaran kegiatan perekonomian pada masa Belanda. Misalnya De Javasche Bank Museum yang terletak di dekat area Jembatan Merah, banyak mengkoleksi mesin-mesin dan mata uang yang dipakai di Indonesia dari jaman ke jaman. Di lantai atasnya biasanya dipakai untuk pameran-pameran sementara. Waktu kita kesana, annual pamerannya tentang lukisan cat air yang menggambarkan kehidupan kota Surabaya jaman dulu.

Money~ Money~ Money~

Yang paling kita suka dari museum ini adalah koleksi uang jaman dulu yang pernah digunakan di Indonesia. Desainnya bagus dan cantik-cantik. Bentuknya juga agak lebar, sehingga terkesan lebih wah nilainya. Ada juga koleksi sisa-sisa perang kemerdekaan seperti peralatan tentara dan mesin-mesin yang digunakan bank jaman dahulu.
Ada juga bilik partisi untuk teller dan nasabah jaman dulu. Jadi ceritanya teller dan nasabah dulu masing-masing pake ruangan yang rada tertutup, ngga seperti sekarang yang dibatesin meja doang. Kira-kira mungkin mirip ruang pengakuan dosa dengan meja tinggi. Mungkin biar nasabah berasa lebih privat kali ya.

Di salah satu ruang teller inilah Miki-Sensei sempat mendadak kekurung. Waktu dia lagi masuk dan foto-foto, pintunya tau-tau kedorong dan nutup sendiri. ^^; Lebih cilaka karena dia ngga bisa buka pintu dari dalem karena gagang pintunya sudah copot. Yah, untungnya gw lagi misah liat-liat lukisan jadinya bisa gw bukain dari luar. xD;

Bank Mandiri cabang KyaKya Kembang Jepun juga membuat museum kecil tentang perbankan jaman Belanda. Dari De Javasche Bank, tinggal ke jalan besar dan jalan kaki lewatin jembatan merah dan gapura Kembang Jepun sampai ketemu Bank Mandiri di sebelah kiri. Dulunya gedung ini bernama Escompto Bank. Museumnya lebih kecil tapi variasi koleksi nya lebih banyak. ^^





Oh iya, kita juga sempat mengunjungi kelenteng Hok An Kiong yang terletak di Jl. Coklat, di sekitaran Kembang Jepun. Ada banyak dewa yang jadi patron disini, tapi sepertinya patron utamanya adalah Kwan Im Po Sat. :)

Kalau dari Javasche Bank jalan kaki atau naik becak sedikit ke Jln. Sampoerna, sampailah kita di House of Sampoerna. Museum swasta ini cukup terkenal karena menyediakan bus gratis untuk wisatawan yang hendak melihat-lihat kota Surabaya. Begitu membuka pintu, kita bisa langsung mencium harum tembakau dan cengkeh di seluruh ruangan. 

Isinya kira-kira sejarah perjalanan perusahaan Sampoerna mulai dari warung hingga seperti sekarang. Yah bisa dibilang buat mamer kejayaan sih. xd Di lantai 2 nya kita bisa melihat bagaimana para buruh mengepak rokok dengan kecepatan yang membuat gw sempat berpikir ini gw lagi liat film di fastforward atau mereka sebenarnya robot dengan desain manusia. +__+; They are really really fast...!

Selain museum dan tempat sejarah, kita juga mengunjungi taman yang paling terkenal di Surabaya, yaitu Taman Bungkul. Selain karena penghargaan yang diterima, taman ini juga terkenal karena kejadian bagi-bagi es krim gratis yang membuat Ibu Risma ngamuk. ^^; Tapi waktu kita dateng kesana sih udah beres dan ngga terlihat tanda-tanda kerusakan.


Taman ini ternyata lebih kecil dari dugaan gw. Di tengah-tengahnya kayaknya makam tokoh setempat, lalu di sekelilingnya untuk aktivitas warga. Ada arena main anak dan remaja, tempat makan-makan, lalu bundaran yang dipakai untuk duduk dan ngumpul-ngumpul. Yah, masyarakat memang butuh ruang-ruang rekreasi model gini yang banyak. Meski agak berbeda dengan ekspektasi gw, tapi gw suka bagaimana Surabaya menata jalan dan kota nya supaya banyak pohon, taman, dan pedestrian yang layak. ^^


No smoochie smoochie~!

Kira-kira demikian tempat-tempat yang kita kunjungi selama berada di Surabaya. Akhirnya dipuaskan juga rasa penasaran kita yang selama ini ngga tau Surabaya itu kayak apa. Dari Surabaya, kita melanjutkan perjalanan ke Mojokerto, sebuah kota kecil yang sepertinya ngga terlalu sadar dengan potensi berlian di halamannya sendiri. We're going to visit Majapahit!!! \(*O*)/ Well... At least what's left from it...

No comments: