Saturday, December 27, 2008

Maharani - Pearl S. Buck

Gw membeli novel ini karena tertarik dengan bagaimana Pearl S. Buck menggambarkan karakter Ci Xi, penguasa wanita terakhir di Cina. Judul aslinya adalah “Imperial Woman”. Sebelumnya gw sudah membaca Empress Orchid dan The Last Empress karya Anchee Min, dan semakin membaca Maharani, semakin kontras perbedaan karakterisasi dalam interpretasi kedua penulis tersebut.

Anchee Min menggambarkan Orchid sebagai wanita pejuang berpikiran terbuka akan pengaruh barat dan cenderung innocent, namun namanya dijelek-jelekan oleh sejarah. Sementara Pearl S. Buck menggambarkan sang Ratu dengan kebalikannya. Orchid adalah wanita yang cantik dan anggun, dia tahu dirinya cantik, dia punya harga diri tinggi, dan dia tahu betapa angkuh dan berambisi dirinya.

Gw sendiri lebih suka karakterisasi dari Pearl S.Buck. Lebih masuk akal rasanya seorang Ratu, bangsawan Manchu yang menjadi selir kesayangan Kaisar Cina sampai kemudian menjadi ibu suri itu sendiri memiliki sikap seperti itu. Ci Xi juga digambarkan membenci pengaruh asing disini. Bukal hal yang aneh sebenarnya kalau dia tidak menyukai bangsa asing ketika yang dia lihat adalah masuknya candu yang menggerogoti rakyatnya serta masuknya agama lain yang dianggap tidak menghormati keberadaan agama-agama yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu di Cina. Klimaks cerita ada pada bagaimana dia akhirnya menerima kenyataan kalau jaman sudah berubah dan akhirnya mencoba melakukan rekonsiliasi dengan pihak asing karena gagalnya Pemberontakan Boxer.

Penulisan dalam Maharani juga tidak terlalu banyak deskripsi yang tidak perlu. Jalan cerita dan perkembangan karakternya juga lebih terasa. Hanya saja harus gw akui novel ini pun tidak terlalu banyak memberi intrik cerita dan lebih terfokus pada karakter sang Ratu. Namun bagaimana hubungan antar karakter yang terjadi pada novel mulai ketika Orchid diangkat menjadi Selir sampai kemudian dijuluki Sang Buddha Tua tetap menarik untuk diikuti. Untuk penggemar novel-novel yang berhubungan dengan sejarah, Maharani layak dimiliki.



No comments: