Sunday, December 21, 2008

Twilight – Stephenie Meyer

Ketika pertama kali gw melihat novel Twilight di toko buku, gw cukup tertarik melihat covernya sampai kemudian gw baca sinopsis di belakangnya yang membuat gw ngeh kalo novel ini adalah kisah cinta antara vampir dan manusia biasa. Tema seperti itu rasanya dah lumayan standard dan sering ge temui di komik-komik, so gw taro kembali novel tersebut.

Sampai kemudian gw dengar di radio mengenai gimana bagusnya Twilight dan animo pembacanya yang besar sampai buku ini sempat menjadi nomor 1 best seller di Aksara sehingga gw akhirnya kalah sama iklan dan rasa penasaran. Maka gw beli ketiga buku tersebut di toko buku online karena kalau beli sepaket jatuhnya lebih murah. Gw juga baru tahu belakangan kalau Eclipse itu belum selesai dan masih ada buku ke-4nya. (Tetralogi? ^^;)

Ketiga buku itu kemudian berdiam sejenak dan tak gw baca-baca karena gw masih terpukau dengan Edensor. Tapi sampai saat itu ekspektasi gw novel ini masih lumayan berbobot paling ngga secara cerita since sepertinya Twilight benar-benar sedang booming. Kemudian sebelum gw baca novelnya gw nonton dulu Movienya bersama teman2 gw. Gw nyadar dengan make-up yang kelebihan bedak banget dr awal, namun ngga terlalu bother dengan semua itu (baru tau belakangan juga kalau ini film low-budget). Toh gw suka dengan pemandangan alam dan suasana kota tempat Bella pindah yang dingin-dingin adem.

Gw juga menyadari ada yang aneh dengan cerita maupun karakterisasinya yang rada cheesy, namun gw masih dimanjakan oleh suguhan karakter Edward (Pattison) yang menurut gw cakep banget dan romance yang bener-bener berasa terutama di adegan ketika mereka tidur-tiduran di rumput sambil saling memandang (yah meski bling-bling glitter di badan Edwardnya lumayan merusak suasana ^^;). In the end akhirnya gw menyadari kalau gw harus menurunkan ekspektasi gw ketika membaca novel dengan harapan paling ngga ini serial romantis cheesy biasa, tapi masih menghibur. Terutama karena temen gw ada yang sangat muak dengan filmnya tapi masih bisa toleransi novelnya.

Namun ternyata semua itu tetap ngga menolong kalau pada akhirnya gw ngga suka dengan novel ini, dengan segala macem deskripsi ngga perlu yang ngga penting-penting amat dalam cerita, dengan pemasukan mitos vampir dan werewolf yang mungkin kreatif karena beda dengan mitos vampir umum namun kurang digali dengan baik, dengan karakterisasi Bella dan Edward yang ketidakberesannya jauh lebih berasa di novel ini (since jauh lebih banyak monolognya Bella, apalagi pengambilannya dari sudut pandang orang pertama, sementara di movie detil2 itu dipotong banyak sehingga Bella berasa lebih normal), dengan diulang-ulangnya pujian2 Edward yang begitu luar biasa amat sangat tampan bagai Dewa Yunani dan membuat Bella kleper-kleper sementara Bella sendiri selalu pesimistis akan penampilannya (dan ngga nyadar kalau dia Madonna sekolah barunya itu) namun banyak yang kontradiktif dari sikap-sikapnya. Belum lagi dengan keplinplanan Edward dan sikap overprotektif ditambah dengan potensinya sebagai stalker. --;

Awal-awal buku masih berasa manis diikuti, namun semakin lama semakin membosankan seiring dengan semakin banyaknya dialog tanya jawab antara Bella dan Edward. Cerita sedikit terselamatkan dengan munculnya 3 vampir asing yang menambah konflik sehingga Bella dikejar-kejar mereka untuk dijadikan mangsa (meski berbeda dengan movie dimana mereka bertiga dah dikasih lihat dari awal-awal, di novel mereka baru muncul dari 1/3 bagian terakhir). 3 vampir itu menambah suspense dalam kisah ini, meski suspensenya cuma sebagai bumbu seadanya supaya ceritanya jadi ngga boring. Endingnya pun cukup standard, mungkin untuk menjadi basis buku selanjutnya.

Yang masih lumayan di novelnya adalah keberadaan karakter-karakter lain yang lebih punya arti (teman-teman Bella, anggota keluarga Cullen yang lain, terutama Alice) sementara di movie teman-teman Bella hanya ada untuk menunjukan interaksi Bella sebagai remaja SMA, dan keluarga Cullen ada karena di novel mereka ada. Padahal masing-masing dari mereka juga punya keunikan, terutama Alice yang masa lalunya beberapa kali disinggung di novel tapi jadi ngga penting di movienya. Begitu pula karakter Jacob, kalau lihat sinopsis novel selanjutnya seharusnya ia adalah karakter penting yang menjadi rival Edward. Tapi kalau lihat di movienya jelas-jelas Jacob kalah dari Edward secara fisik maupun mental.

Tapi gw sendiri ngga bisa menampik kenyataan kepopuleran novel dan movie Twilight yang luar biasa sampe ada yang rela nonton 3-5x. So kesimpulan gw, Twilight mungkin cocok buat mereka yang memang mencari bacaan ringan dengan sedikit guilty pleasure mengenai romantisme vampir-manusia. Tapi buat yang cari bacaan berbobot, Twilight bukan bacaan yang direkomendasikan.

Menurut temen gw yang dah baca, buku ke-2 dan ke-3nya lebih parah dari buku pertama, bikin gw sedih since gw dah beli sampe buku ke-3. --;;;



No comments: