Saturday, July 26, 2008

2 novel 1 hari

Gw jarang baca novel dan ngga banyak koleksi novel yang gw punya, tapi sekali baca biasanya gw ngga bisa berhenti sampai akhir. ^^;

Gw beli
Howl's Moving Castle (by Diana Wynne Jones) ketika waktu masih kuliah direkomendasiin temen gw. Karena gw sendiri nonton Howl's Moving Castle Movie yang versi Hayao Miyazaki (Studio Ghibli) so gw tertarik juga untuk pengen tahu isi novelnya. Ternyata novel dan filmnya beda, meski basis ceritanya sama tapi tema yang diusung berbeda satu sama lain. Tapi gw sangat suka 2-2nya meski berbeda. Di novel kita bisa lebih melihat interaksi antara Sophie dan Howl serta kemunculan karakter-karakter lain yang ngga ada di movie.

Entah kenapa belum lama ini gw teringat lagi dengan novel tersebut dan mencoba mencari-cari info di wikipedia dan barulah gw sadar kalau Howl's Moving Castle sudah punya 2 sequel, yaitu "
Castle in The Air" dan "House of Many Ways", dan kemudian gw memesan ke-2 buku tersebut di Kinokuniya PS. Kata mereka bisa nunggu ampe 3 bulan, tapi ngga nyampe 1 bulan ternyata buku sudah siap diambil. ^^ So kemaren gw menghabiskan seharian membaca kedua novel ini sampai habis (mestinya sih kerja... tapi... *ditimpuks*). Rada heran somehow, since biasanya gw baru bisa menghabiskan satu novel dalam 1-2 hari. Yah paling ngga jadi ngga kebawa penasaran besok-besoknya. =d

Castle in The Air sekilas ngga ada hubungannya sama sekali dengan Howl's Moving Castle, namun berada di setting dunia yang sama. Abdulah adalah seorang pemuda pemimpi yang menjalani hidupnya sebagai penjual karpet di negri Zanzib, jauh di selatan Ingary. Di sela-sela kegiatan berdagangnya dia selalu melamunkan seandainya dia bukan sekedar penjual karpet, namun seorang pangeran dari negri lain yang memiliki tunangan seorang putri yang cantik jelita. Lamunannya kemudian dibuyarkan suatu hari ketika seseorang menjual karpet terbang ajaib ke tokonya. Karpet itulah yang kemudian membawanya bertemu dengan putri impiannya, Flower-of-the-Night. Namun ketika mereka berdua hendak melarikan diri, sang putri diculik Djinn besar yang sedang menculik putri-putri di seluruh negri, memaksa Abdullah pergi dari Zanzib dan berpetualang hingga akhirnya sampai ke Ingary demi menyelamatkan Flower-of-the-Night, dan akhirnya bertemu Sophie dan Howl dalam kondisi yang tidak terduga.

Kalau
Castle in the Air penuh dengan petualangan serta dibuka dengan nuansa ala 1001 malam, maka House of Many Ways bisa dibilang kebalikannya. Buku ini lebih menyajikan petualangan dengan lingkup yang lebih personal dari sudut pandang seorang anak perempuan yang beranjak remaja normal. House of Many Ways baru terbit bulan kemarin tahun ini, sedangkan Castle in The Air sudah terbit sejak tahun 1990. Covernya jadi beda sendiri dengan 2 buku sebelumnya (beda penerbit), hardcover dan besar sendiri. ^^;

Charmain Baker, tokoh utama kali ini, hanyalah seorang anak perempuan dengan ayah seorang pemilik toko roti dan ibu yang agak kelewat konservatif. Dia sangat menyukai buku dan selalu menenggelamkan dirinya dalam bacaan-bacaan yang menarik. Ia tinggal di negeri bernama High Norland, dimana sang raja juga sangat menyukai buku sehingga Charmain memberanikan diri menulis surat lamaran kerja kepada raja untuk bisa menjadi asisten dalam mengurus perpustakaannya.

Paman jauhnya, seorang penyihir bernama William Norland, tiba-tiba sakit keras dan meminta Charmain menjaga dan membersihkan rumahnya selama ia pergi untuk menyembuhkan diri. Disana ia menemukan kalau rumah paman jauhnya itu bukan rumah biasa dengan pintu yang bisa membawanya ke banyak tempat (mirip pintu pada rumahnya Howl namun dengan sistem yang agak berbeda), bertemu dengan Lubbock yang jahat, bertanggung jawab atas seekor anjing liar yang ajaib, membuat masalah dengan para kobold, dan harus berbagi rumah pamannya dengan Peter, seorang penyihir muda yang hendak menjadi murid William Norland.

Sementara kondisi ekonomi sang Raja sedang dalam masalah besar karena banyak uang yang menghilang sehingga pihak kerajaan memanggil Sophie Pendragon untuk membantu mereka mencari harta yang hilang dan menemukan
Elfgift yang legendaris. Dan dimana ada Sophie pasti Howl tak jauh darinya. (Gw ngakak pas Sophie tau ternyata Howl ngikutin dia diam2 ke High Norland karena kuatir xD. Soo Sweet...) Dengan kemunculan keluarga sihir ini, Charmain pun semakin terlibat dalam urusan kerajaan dan sihir menyihir.

Gw sangat terkesan, ketiga buku ini menampilkan 3 tokoh utama yang masing-masing sangat berbeda-beda satu sama lain. Sophie, seorang gadis yang keras dan disihir menjadi nenek-nenek, Abdullah si pedagang karpet yang selalu menggunakan kalimat yang berbunga-bunga (kebiasaan negri asal), dan Charmain seorang anak perempuan normal dengan cara pikir yang realis, agak pemalas, namun sangat menyukai buku (membuat karakternya jadi dekat dengan pembaca yang tentunya juga menyukai buku). Gw sedikit menyayangkan karena diantara 3 buku, hanya Charmain yang terlibat dalam kisah yang ada dengan lebih ke arah kebetulan.

Tidak seperti Sophie yang disihir atau Abdullah yang kekasihnya diculik sehingga terlibat langsung dengan keseluruhan cerita, Charmain seolah-olah benar-benar orang luar dari semua masalah yang ada. Mungkin dimaksud pengarang supaya alurnya setiap buku selalu berbeda, namun gw pribadi berasa sayang aja. Gw juga berharap antara Charmain dan Peter ada interaksi yang lebih dalam dari yang tergambar pada novelnya. =P Moga-moga masih ada sequel yang bisa menceritakan mereka berdua.

Well, back to work~


No comments: