Thursday, March 27, 2008

Untuk Ibunda Malin Kundang

Kisah Malin Kundang pasti dikenal luas di masyarakat Indonesia jauh melebihi cerita-cerita rakyat lainnya. Banyak orang tua yang suka mendongengkan cerita ini ke anak-anaknya untuk menanamkan rasa ingat akan orang tua (yah, orang tua mana sih yang mao anaknya durhaka).

Gw jadi inget kisah ini gara-gara menyaksikan sebuah pertengkaran keluarga bak drama di sebuah tempat layanan jasa. Sapa sih yang ngira bakal liat ayah dan anak saling bertengkar mulut ketika kesana untuk meminta layanan jasa ^^; (Untungnya urusan gw sendiri berjalan lumayan mulus disana). Gw ngga tau apa penyebabnya dan siapa yang salah, tapi sepertinya cukup hebat sampai sang ayah dan anak saling memaki satu sama lain. Poin yang gw inget, ayahnya menyumpahi anaknya kualat atau bakal umur pendek, di depan sang ibu/istri yang selalu berusaha melerai.

Pernyataan tersebut membuat gw berpikir, kalau suatu saat si anak benar-benar kualat atau berumur pendek, bagaimana dengan si ayah? Apakah dia akan menyesali perkataannya atau berpikir sudah sepantasnya anak durhaka menerima akibatnya?

Seperti ketika Malin Kundang dikutuk menjadi batu, apakah ibunya menyesali kutukannya dan menangisi anaknya, ataukah dia berpikir sudah sepantasnya itu yang terjadi?

Yah, yang manapun semuanya ngga berakhir dengan happy ending. =P

No comments: