
Entah kenapa belum lama ini gw teringat lagi dengan novel tersebut dan mencoba mencari-cari info di wikipedia dan barulah gw sadar kalau Howl's Moving Castle sudah punya 2 sequel, yaitu "Castle in The Air" dan "House of Many Ways", dan kemudian gw memesan ke-2 buku tersebut di Kinokuniya PS. Kata mereka bisa nunggu ampe 3 bulan, tapi ngga nyampe 1 bulan ternyata buku sudah siap diambil. ^^ So kemaren gw menghabiskan seharian membaca kedua novel ini sampai habis (mestinya sih kerja... tapi... *ditimpuks*). Rada heran somehow, since biasanya gw baru bisa menghabiskan satu novel dalam 1-2 hari. Yah paling ngga jadi ngga kebawa penasaran besok-besoknya. =d

Kalau Castle in the Air penuh dengan petualangan serta dibuka dengan nuansa ala 1001 malam, maka House of Many Ways bisa dibilang kebalikannya. Buku ini lebih menyajikan petualangan dengan lingkup yang lebih personal dari sudut pandang seorang anak perempuan yang beranjak remaja normal. House of Many Ways baru terbit bulan kemarin tahun ini, sedangkan Castle in The Air sudah terbit sejak tahun 1990. Covernya jadi beda sendiri dengan 2 buku sebelumnya (beda penerbit), hardcover dan besar sendiri. ^^;

Paman jauhnya, seorang penyihir bernama William Norland, tiba-tiba sakit keras dan meminta Charmain menjaga dan membersihkan rumahnya selama ia pergi untuk menyembuhkan diri. Disana ia menemukan kalau rumah paman jauhnya itu bukan rumah biasa dengan pintu yang bisa membawanya ke banyak tempat (mirip pintu pada rumahnya Howl namun dengan sistem yang agak berbeda), bertemu dengan Lubbock yang jahat, bertanggung jawab atas seekor anjing liar yang ajaib, membuat masalah dengan para kobold, dan harus berbagi rumah pamannya dengan Peter, seorang penyihir muda yang hendak menjadi murid William Norland.
Sementara kondisi ekonomi sang Raja sedang dalam masalah besar karena banyak uang yang menghilang sehingga pihak kerajaan memanggil Sophie Pendragon untuk membantu mereka mencari harta yang hilang dan menemukan Elfgift yang legendaris. Dan dimana ada Sophie pasti Howl tak jauh darinya. (Gw ngakak pas Sophie tau ternyata Howl ngikutin dia diam2 ke High Norland karena kuatir xD. Soo Sweet...) Dengan kemunculan keluarga sihir ini, Charmain pun semakin terlibat dalam urusan kerajaan dan sihir menyihir.
Gw sangat terkesan, ketiga buku ini menampilkan 3 tokoh utama yang masing-masing sangat berbeda-beda satu sama lain. Sophie, seorang gadis yang keras dan disihir menjadi nenek-nenek, Abdullah si pedagang karpet yang selalu menggunakan kalimat yang berbunga-bunga (kebiasaan negri asal), dan Charmain seorang anak perempuan normal dengan cara pikir yang realis, agak pemalas, namun sangat menyukai buku (membuat karakternya jadi dekat dengan pembaca yang tentunya juga menyukai buku). Gw sedikit menyayangkan karena diantara 3 buku, hanya Charmain yang terlibat dalam kisah yang ada dengan lebih ke arah kebetulan.
Tidak seperti Sophie yang disihir atau Abdullah yang kekasihnya diculik sehingga terlibat langsung dengan keseluruhan cerita, Charmain seolah-olah benar-benar orang luar dari semua masalah yang ada. Mungkin dimaksud pengarang supaya alurnya setiap buku selalu berbeda, namun gw pribadi berasa sayang aja. Gw juga berharap antara Charmain dan Peter ada interaksi yang lebih dalam dari yang tergambar pada novelnya. =P Moga-moga masih ada sequel yang bisa menceritakan mereka berdua.
Well, back to work~
No comments:
Post a Comment